Banyak menunda karena merasa belum waktunya. Lalu kapan? Menunggu punya sarana yang memadai? Menunggu punya dana? Menunggu punya waktu yang cukup?
Jika masih menunda.... Apapun yang dimiliki tidak banyak membantu.
Tiga belas tahun yang lalu... Aku menunda berlatih menulis karena aku tidak punya komputer. Seringkali aku membayangkan menekan tuts keyboard sambil bergumam. Menuliskan ceritaku kemudian berdesah pelan. Aku berjanji jika punya komputer akan menuliskan semua ceritaku.
Akhirnya, kakakku membeli komputer... Jadul...tapi berfungsi baik jika hanya untuk menuliskan cerita apalagi untuk main gamehouse. Akupun menunda menulis dan lebih sering memainkan zuma. Sampai level tamat kemudian lanjut bersaing nilai dengan kakakku. Penundaanku berlanjut.
Tidak berselang lama, laptop menjadi hits. Aku pun melanjutkan cita-citaku. Aku akan menulis jika laptop ada di tanganku. Membayangkan kemudahan menuliskan segala ide dengan alat yang bisa dibawa kemana saja. Ah... Betapa menyenangkan. Aku pun kembali menunda.
Sejarah pun terulang. Aku tetap menunda dan menunda meskipun semua sudah kumiliki. Laptop, dana, waktu...
Sampai tiga belas tahun menyadarkanku. Aku pun memulai menulis. Tunggulah di masa depan bagaimana permulaan ini akan berlanjut. 😁😁😁
Komentar
Posting Komentar