Aku tidak pernah membayangkan bagaimana anakku nantinya. Ketika aku kecil, aku benar-benar bahagia, benar-benar menjadi anak kecil yang seolah-olah tak kan pernah berubah menjadi tua atau dewasa.
Kini waktu memberikan jawaban... Aku sudah berubah, sudah menikah dan anakku pun sudah besar. Berbagai permintaannya mulai bermunculan. Mulai dari yang kuanggap sepele sampai yang bermanfaat baginya. Kali ini permintaannya baik, termotivasi oleh teman sekelasnya. Dia meminta menabung di bank.
Akupun mengabulkan keinginannya dan membuatkan sebuah tabungan atas namanya di bank namun masih dalam perwalianku. Aku memilih di Bank Jatim. Syaratnya mudah, hanya dengan kartu keluarga dan KTP wali anak. Setoran awal dan selanjutnya juga dengan nominal yang sedikit. Taraa... tabungan itupun jadi.
Sambil menunggu petugas mencetak buku rekeningnya, anakku bertanya "Bunda, dulu juga menabung di bank?" Seketika pikiranku melayang pada masa kecilku.
"Bunda dulu tidak pernah menabung di bank."
"Kenapa?" tanyanya heran.
Aku hanya terdiam dan tersenyum kemudian mengelus rambutnya. Berkelebat bayangan perjuangan ayah dan ibuku. Jangankan untuk menabung di bank, bisa membayar uang sekolah saja aku bersyukur.
Betapa semua sudah lebih baik sekarang Nak, batinku.
Menabung adalah keinginanku dengan bayangan suatu saat nanti aku akan mempunyai uang banyak yang dapat kugunakan untuk membeli barang-barang impianku, tanpa meminta pada orang tua. Sayangnya, waktu itu menabung menjadi hal yang sulit.
Sekarang, kamu bisa mewujudkan satu keinginanku Nak, yang juga keinginanmu. Itu sudah membuatku bahagia...
Engkau dapat mewujudkan keinginanku, itu sudah sangat bernilai bagiku.
ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapus